Bisakah Otak Menghapus Ingatan? Fenomena Motivated Forgetting dan Mekanisme Perlindungan Psikologis

SHARE THIS POST

Pernah nggak sih kamu tiba-tiba kepikiran hal memalukan yang terjadi bertahun-tahun lalu? Atau sebaliknya, kamu sadar ada bagian dari hidupmu yang seperti hilang, kayak blur di pikiran?

Itulah keajaiban (atau misteri?) dari ingatan. Otak kita bukan sekadar lemari arsip yang menyimpan semuanya rapi. Terkadang, ia memilih untuk mengingat… atau malah melupakan. Pertanyaannya: apakah otak benar-benar bisa menghapus ingatan? Atau ini hanya tipu daya psikologis yang kompleks?

Copilot 20250613 144053
Ilustrasi. Otak manusia dan ingatan
AI/Indodailypost.com

Di sinilah kita mulai masuk ke topik yang menarik—motivated forgetting. Sebuah fenomena di mana otak secara sadar atau tidak sadar berusaha menghapus atau menekan kenangan tertentu. Biasanya, ini terjadi sebagai bagian dari mekanisme perlindungan psikologis untuk menjaga stabilitas emosional kita.

Kalau kamu pernah bertanya-tanya kenapa kamu bisa lupa dengan hal-hal yang seharusnya sulit dilupakan (terutama yang traumatis), artikel ini akan menjelaskannya dengan pendekatan ilmiah—tapi tetap santai. Yuk, kita bongkar bareng!


Bagaimana Ingatan Bekerja?

Sebelum bicara soal menghapus ingatan, kita harus tahu dulu cara kerja memori.

Otak manusia menyimpan kenangan melalui proses yang sangat kompleks, dimulai dari encoding (pengkodean), lalu storage (penyimpanan), dan akhirnya retrieval (pengambilan kembali). Semua ini dikoordinasi oleh sistem saraf pusat, dengan dua bagian otak yang sangat penting: hipokampus dan korteks prefrontal.

Hipokampus berperan besar dalam menyimpan ingatan jangka panjang dan menghubungkannya dengan emosi. Misalnya, kenangan tentang kecelakaan atau patah hati sering melekat kuat karena dibumbui dengan respons emosional yang tinggi.

Sementara korteks prefrontal lebih seperti “editor” yang menentukan mana memori yang layak disimpan, mana yang bisa diabaikan. Ia juga terlibat dalam pengambilan keputusan dan mengatur respons emosional. Kombinasi keduanya menciptakan sistem yang luar biasa kompleks—dan fleksibel.

Baca Juga:  Bagaimana Keraguan Diri Merusak Kesehatan Mental dan 7 Tips Mengatasinya

Jadi ya, otak punya mekanisme untuk menghapus atau menekan kenangan tertentu, walau tidak selalu seperti tombol delete di komputer.


Motivated Forgetting: Mekanisme Perlindungan Psikologis

Nah, di sinilah mulai menarik.

Motivated forgetting adalah proses di mana seseorang secara sadar (suppression) atau tidak sadar (repression) berusaha melupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, menyakitkan, atau bahkan traumatis. Ini bukan sekadar kelupaan biasa—melainkan strategi mental yang aktif.

Copilot 20250613 144345
Ilustrasi.
AI/Indodailypost.com

Contoh? Misalnya seseorang yang mengalami kekerasan masa kecil. Tanpa sadar, ia bisa “melupakan” kejadian itu sepenuhnya. Tapi ternyata, kenangan itu tidak hilang. Ia hanya tersimpan jauh di alam bawah sadar, sebagai bentuk penekanan kenangan.

Perbedaan dengan lupa secara alami adalah, kalau kamu lupa letak kunci atau tanggal ulang tahun, itu akibat kurangnya atensi atau waktu yang sudah lama berlalu. Tapi motivated forgetting adalah respons psikologis yang sengaja dikembangkan oleh otak—baik untuk melindungi, atau kadang, untuk menghindari rasa sakit.

Fenomena lupa bisa terjadi sebagai respons terhadap stres atau trauma. Dan dalam konteks ini, lupa bukan kelemahan. Justru, itu adalah bentuk mekanisme perlindungan psikologis yang luar biasa adaptif.


Dampak Motivated Forgetting

Sekilas, terdengar seperti sistem pertahanan yang sempurna, ya? Tapi tunggu dulu. Seperti kebanyakan sistem pertahanan dalam tubuh manusia, ini juga punya dua sisi.

Keuntungan Motivated Forgetting

  • Menghindari stres berlebih: Dengan menekan ingatan traumatis, seseorang bisa tetap menjalani hidupnya tanpa dihantui pengalaman buruk.
  • Meningkatkan kesejahteraan emosional: Orang yang berhasil “melupakan” hal menyakitkan bisa membangun hubungan sosial baru, fokus pada masa depan, dan menjaga produktivitas.

Tidak heran jika motivated forgetting membantu seseorang mengatasi pengalaman traumatis dan tetap berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:  Cara Mengelola Stres untuk Hidup Sehat: Kunci Panjang Umur dan Kesehatan Optimal

Risiko dan Efek Jangka Panjang

Tapi tentu saja, tidak semua kenangan bisa ditekan selamanya.

Penekanan kenangan bisa menciptakan tekanan bawah sadar. Ini bisa muncul dalam bentuk kecemasan, mimpi buruk, depresi, atau bahkan gangguan identitas. Bayangkan menyimpan file rusak dalam sistem komputer—lama-lama, sistem bisa nge-lag atau crash.

Beberapa studi menunjukkan bahwa orang dengan trauma masa kecil yang ditekan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan atau depresi di usia dewasa (Anderson & Green, 2001). Artinya, kenangan itu mungkin tidak muncul di permukaan, tapi efeknya tetap bekerja di belakang layar.


Apakah Kenangan yang Terhapus Bisa Dikembalikan?

Inilah pertanyaan paling menarik. Kalau kenangan sudah “dihapus” oleh otak, apakah bisa dikembalikan?

Jawabannya: ya, dalam beberapa kasus, kenangan yang ditekan dapat muncul kembali melalui terapi atau stimulasi memori.

Copilot 20250613 144603
Ilustrasi.
AI/Indodailypost.com

Metode seperti hipnoterapi, EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing), dan terapi bicara intensif telah digunakan untuk membantu pasien mengakses kembali memori yang sebelumnya tertutup.

Misalnya, seorang wanita dalam terapi mengungkapkan kenangan masa kecil tentang pelecehan yang awalnya dia “tidak ingat”. Tapi setelah beberapa sesi, memori itu perlahan muncul, lengkap dengan emosi yang menyertainya. Dalam beberapa kasus, ini bisa jadi sangat membebaskan. Tapi dalam kasus lain, ini bisa memicu gejolak emosi yang besar.

Ada juga fenomena “false memory” atau kenangan palsu, yang membuat para terapis harus sangat hati-hati. Tidak semua kenangan yang muncul dalam terapi benar-benar faktual—kadang otak menciptakan versi baru dari masa lalu sebagai bentuk coping.

Jadi, tidak semua kenangan hilang—beberapa hanya tersimpan di bawah sadar, menunggu untuk diakses kembali saat kita siap secara emosional dan mental.

Baca Juga:  3 Strategi Refleksi: Mari Mengingat Diri Sendiri

Akhirnya, kita kembali ke pertanyaan awal: bisakah otak menghapus ingatan?

Jawabannya kompleks. Otak tidak benar-benar menghapus, melainkan menekan, menyimpan, atau bahkan mengaburkan kenangan sebagai bagian dari mekanisme perlindungan psikologis. Ini adalah fitur evolusioner yang luar biasa canggih.

Motivated forgetting bukan kelemahan, tapi strategi bertahan hidup. Ia membantu kita tetap utuh saat dunia (atau masa lalu) terasa terlalu menyakitkan untuk dihadapi.

Tapi, seperti menyapu debu ke bawah karpet, lama-lama akan terlihat juga. Maka penting untuk mengenali kapan kita butuh bantuan profesional. Karena ingatan—baik yang kita peluk, maupun yang kita tekan—adalah bagian dari siapa kita sebenarnya.

Dan kamu tahu apa yang paling keren? Kita punya kekuatan untuk memilih mana kenangan yang kita rawat, dan mana yang kita izinkan untuk pergi.