Tempe: Fermentasi Cerdas Nusantara dan 2 Cara Menjaganya Tetap Segar

SHARE THIS POST

Lebih dari Sekadar Lauk Harian

Pernah nggak sih kamu merasa hari kurang lengkap tanpa sepotong tempe goreng di meja makan? Bagi banyak rumah tangga Indonesia, tempe bukan cuma lauk. Ia adalah teman makan sejati, simbol kesederhanaan, dan bentuk cinta dalam balutan fermentasi. Dari nasi uduk pagi hari hingga lalapan malam, tempe setia hadir sebagai pelengkap rasa dan gizi.

Namun, sayangnya, tempe juga termasuk bahan pangan yang rewel. Apalagi di iklim tropis kayak Indonesia—panas, lembap, dan bikin fermentasi berjalan ngebut. Salah simpan sedikit, baru dua hari dari pasar, tempe sudah berlendir dan berbau tajam. Sedihnya, banyak yang akhirnya membuang tempe tanpa tahu kalau sebenarnya ia bisa “dirawat” dengan cara yang benar.

Copilot 20250630 095351
Ilustrasi. Tempe goreng.
Gambar: AI/Indodailypost

Menjaga kesegaran tempe bukan cuma urusan dapur. Ini adalah bagian dari menjaga warisan kuliner kita—fermentasi cerdas yang diwariskan turun-temurun. Saat kita belajar cara menyimpan tempe agar awet, kita sebenarnya sedang belajar bagaimana menghargai kehidupan mikro yang membentuk cita rasa Nusantara.


Tempe dalam Lensa Budaya dan Gizi

Tempe bukanlah produk baru. Jejak awalnya bisa ditelusuri sampai abad ke-16 di Jawa. Dalam naskah Serat Centhini, tempe disebut sebagai bagian dari sajian keseharian masyarakat Jawa. Menariknya, di zaman itu, tempe dianggap makanan orang biasa, namun penuh filosofi tentang ketahanan, keberlanjutan, dan kesahajaan.

Tempe adalah perwujudan ketahanan pangan lokal. Saat daging mahal, tempe jadi alternatif protein. Saat krisis moneter, tempe tetap terjangkau. Bahkan, saat tren makanan sehat menjamur, tempe tetap relevan karena kandungan gizinya yang luar biasa.

Baca Juga:  Rahasia Ampuh Atasi Laptop Lemot: Tips yang Jarang Diketahui!

Mari kita bongkar sedikit isi “tubuh” tempe:

  • Protein nabati tinggi, setara bahkan bisa melebihi beberapa jenis daging.
  • Kaya vitamin B12, sesuatu yang langka di makanan nabati.
  • Mengandung probiotik alami berkat proses fermentasinya.
  • Serat tinggi, bagus untuk pencernaan dan mengontrol kadar gula darah.

Tempe bukan cuma sehat, tapi juga “hidup.” Ya, tempe fermentasi alami itu ibarat makhluk hidup. Bahkan setelah dibeli dari pasar, proses fermentasinya bisa terus berlangsung. Dan di sinilah tantangan dimulai.


Kenapa Tempe Cepat Membusuk?

Copilot 20250630 095716
Ilustrasi. Mengolah tempe.
Gambar: Ai/Indodailypost

Jadi, kenapa sih tempe gampang banget busuk?

Jawabannya: karena dia masih “bernafas”. Proses fermentasi tempe tidak serta-merta berhenti setelah diproses oleh produsen. Ketika suhu lingkungan tinggi—seperti di dapur kita yang tanpa AC atau ruang penyimpanan yang lembap—jamur Rhizopus oligosporus dalam tempe bisa berkembang terlalu cepat.

Faktor yang bikin tempe cepat busuk:

  • Suhu tinggi mempercepat fermentasi → tekstur jadi asam, berlendir.
  • Kelembapan mempercepat pembentukan mikroorganisme tambahan → muncul bau tak sedap.
  • Ventilasi buruk → panas dari fermentasi nggak bisa keluar, tempe jadi “masak sendiri”.

Tempe yang mulai rusak biasanya ditandai dengan:

  • Permukaan berlendir
  • Bau tajam menyengat
  • Warna agak keabu-abuan
  • Tekstur terlalu lunak dan hancur saat dipotong

Sayangnya, sebagian orang baru sadar ketika tempe sudah masuk ke tahap tak layak konsumsi. Tapi tenang, ada banyak tips agar tempe tidak berlendir dan tahan lebih lama, bahkan tanpa bahan pengawet!


Cara Menyimpan Tempe agar Tidak Cepat Busuk

A. Metode Pendinginan dan Pembekuan

Kalau kamu tinggal di kota besar dan punya kulkas di rumah, manfaatkan sebaik-baiknya.

1. Simpan di Kulkas (Chiller)
Masukkan tempe ke dalam wadah kedap udara atau bungkus plastik ziplock. Pastikan suhunya sekitar 4–5°C.
Dalam metode ini, tempe dapat bertahan segar: 3–5 hari.

Baca Juga:  Rahasia Sukses Finansial: Strategi 50/30/20 yang Jarang Diketahui

2. Simpan di Freezer
Potong-potong tempe sesuai porsi, lalu bungkus rapat sebelum dibekukan. Tempe yang disimpan dalam freezer dapat bertahan hingga 2 bulan.

Tapi perlu diingat, tempe beku akan berubah teksturnya sedikit—lebih lembek saat dicairkan, tapi rasa umaminya justru keluar lebih kuat. Ini cocok banget untuk olahan seperti bacem atau sambal goreng.

Pro tip: Jangan masukkan tempe panas ke dalam freezer. Dinginkan dulu di suhu ruang agar tidak menimbulkan embun es yang mempercepat kerusakan.


B. Teknik Tradisional dan Alternatif

Kamu nggak punya kulkas? Tenang. Nenek moyang kita sudah lebih dulu memikirkan ini.

1. Mengukus Sebelum Simpan
Tempe dikukus sebentar (sekitar 10 menit) lalu didinginkan dan disimpan di tempat kering. Ini memperlambat aktivitas jamur dan bakteri.

2. Balur dengan Air Garam atau Cuka
Ini adalah teknik antimikroba alami. Air garam membunuh bakteri jahat di permukaan. Sementara cuka (asam asetat) bisa menurunkan pH dan menghambat pembusukan.
Caranya: oleskan tipis-tipis saja, jangan sampai tempe jadi asin banget.

3. Simpan dalam Daun Pisang dan Keranjang Anyaman
Kombinasi ini bukan hanya estetis, tapi juga fungsional. Daun pisang bersifat antibakteri dan breathable, sedangkan keranjang anyaman memberi ventilasi yang baik. Teknik ini cocok untuk daerah pedesaan atau untuk kamu yang suka gaya hidup tradisional modern.

Menyimpan tempe adalah seni menjaga kesegaran dalam diam.


Mengolah Tempe yang Hampir Basi

Copilot 20250630 095951
Ilustrasi.
AI/Indodailypost

Kadang tempe sudah mulai lembek, tapi belum bau atau berlendir. Jangan langsung buang! Ini waktu yang tepat untuk menerapkan prinsip zero waste.

Beberapa ide mengolah tempe yang hampir busuk:

  • Tempe Bacem – Cocok karena rasa manis dan rempah bisa menutupi fermentasi yang sudah matang.
  • Sambal Goreng Tempe – Digoreng kering, lalu diberi sambal tomat atau cabai merah.
  • Abon Tempe – Disuwir, ditumis lama dengan bumbu manis-pedas, bisa tahan berminggu-minggu.
  • Keripik Tempe – Iris tipis, goreng kering, dan simpan dalam toples kedap udara.

Ketika dapur menjadi ruang dialog antara tradisi dan sains, tempe adalah naratornya.

Kalau kamu bisa menyulap tempe sisa menjadi sajian lezat, itu bukan cuma hemat—itu bentuk cinta ke bumi, ke budaya, dan ke kantongmu sendiri.

Baca Juga:  Cara Efektif Menghilangkan Bau Tikus di Dapur dengan Bahan Alami

Merawat Tempe adalah Merawat Tradisi

Di balik sepotong tempe, tersimpan ribuan tahun pengetahuan lokal, kerja keras petani, dan kecerdasan mikroorganisme. Tempe bukan cuma makanan—dia adalah entitas hidup yang membawa cerita tentang kita.

Menjaga kesegarannya, bukan hanya soal rasa atau gizi. Tapi juga bentuk penghormatan kita terhadap budaya dan lingkungan. Mulailah bereksperimen: cobalah cara tradisional, kombinasikan dengan teknologi modern, dan lihat mana yang paling cocok dengan ritme hidupmu.

“Tempe itu hidup. Kalau kita rawat dengan bijak, ia akan memberi kembali kelezatan dan nilai.”