4 Sehat 5 Sempurna: Dari Edukasi Klasik ke Gizi Seimbang Masa Kini

SHARE THIS POST

Ketika Susu Jadi Raja di Meja Makan

Pernah dengar kalimat legendaris ini? “Kalau belum minum susu, belum sempurna!”
Bagi generasi 80-an dan 90-an, itu bukan sekadar slogan—itu dogma. Kita tumbuh dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna, sebuah kampanye edukasi gizi yang merasuk ke buku pelajaran, iklan TV, bahkan kotak bekal sekolah.

Namun, dunia berubah. Apa yang dulu dianggap “sempurna”, sekarang dipertanyakan ulang. Bukan karena konsep itu salah, tapi karena ilmu gizi terus berkembang, gaya hidup berubah, dan kebutuhan nutrisi menjadi lebih kompleks.

Copilot 20250715 141621
Ilustrasi.
Gambar: AI/Indodailypost

Kini, muncul pendekatan baru bernama Pedoman Gizi Seimbang—lebih fleksibel, lebih kontekstual, dan katanya… lebih relevan. Tapi apa iya konsep lama sudah tak berguna?

Mari kita gali lebih dalam, dari nostalgia susu hingga simfoni nutrisi masa kini.


Makna dan Komponen 4 Sehat 5 Sempurna

Sebelum menilai, kita perlu paham dulu: apa sebenarnya isi dari 4 Sehat 5 Sempurna itu?

1. Makanan Pokok

Nasi, jagung, roti—sumber karbohidrat yang jadi “bahan bakar” utama tubuh.

2. Lauk Pauk

Protein hewani dan nabati, seperti ayam, ikan, tahu, tempe. Inilah bahan bangunan tubuh kita.

3. Sayur

Sumber serat dan vitamin yang membantu sistem pencernaan dan imunitas.

4. Buah

Tambahan vitamin dan mineral, serta antioksidan alami.

5. Susu

Elemen pamungkas. Susu dianggap sebagai pelengkap nutrisi, kaya kalsium dan protein.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Poorwo Soedarmo, bapak gizi Indonesia, pada tahun 1950-an. Tujuannya mulia: membentuk pola pikir masyarakat tentang pentingnya nutrisi harian secara sederhana dan mudah diingat.

Baca Juga:  Makanan Sehat Kekinian: Praktis, Enak, dan Bergizi

Dan jujur aja, waktu itu kampanye ini cukup berhasil. Bahkan hingga kini, banyak orang tua masih mengajarkan konsep ini ke anak-anaknya.


Perubahan Gaya Hidup dan Tantangan Gizi Modern

Zaman berubah cepat—dan begitu juga dengan tubuh dan kebutuhan kita. Dulu, orang lebih banyak bergerak, makan lebih alami. Sekarang? Kita duduk lebih lama, scroll layar lebih sering, dan makanan cepat saji jadi andalan.

Copilot 20250715 141314
Ilustrasi. Sayur-sayuran segar pelengkap gizi seimbang.
Gambar: Ai/indodailypost

Urbanisasi dan Pola Hidup Sedentari

Kita tak lagi membajak sawah atau jalan kaki puluhan kilometer. Aktivitas fisik berkurang drastis, tapi asupan kalori tetap tinggi.

Alergi, Intoleransi, dan Diet Alternatif

Susu yang dulu diagungkan, sekarang jadi sumber masalah bagi sebagian orang—karena laktosa intoleran. Banyak juga yang memilih pola makan vegetarian, vegan, atau plant-based karena kesadaran lingkungan atau alasan kesehatan.

Makanan Instan vs. Makanan Lokal

Ironisnya, di tengah banyaknya pilihan, malnutrisi masih terjadi. Kenapa? Karena banyak yang pilih makanan praktis ketimbang makanan bergizi. Mie instan lebih mudah dimasak dibanding sayur lodeh.

Inilah yang mendorong perlunya pendekatan gizi yang lebih fleksibel, personal, dan berbasis kebiasaan nyata.



Perbandingan Konsep Lama vs Konsep Baru

Aspek4 Sehat 5 SempurnaPedoman Gizi Seimbang / Isi Piringku
Sumber GiziPokok, lauk, sayur, buah, susuVariatif sesuai kebutuhan tubuh
Porsi & ProporsiTidak dijelaskan½ sayur & buah, ½ pokok & lauk
Gaya HidupTidak dibahasDitekankan: minum air putih & aktif
FleksibilitasUmum untuk semuaDisesuaikan usia, aktivitas, kondisi medis
VisualisasiNon-visual (teks/narasi)Visual interaktif: Isi Piringku

Perubahan ini merefleksikan satu hal penting:
“Gizi tak sesederhana angka—tapi tentang pilihan sadar.”


Relevansi Konsep Lama di Era Kini

Pertanyaannya sekarang, apakah 4 Sehat 5 Sempurna masih berguna?

Baca Juga:  Revolusi Karbohidrat: 4 Alternatif Nasi yang Ramah Gula Darah

Jawabannya: ya, tapi dalam konteks yang berbeda.

Copilot 20250715 140929
Ilustrasi. Susu sebagai pelengkap 4 sehat 5 sempurna.
gambar: AI/Indodailypost

Sebagai Nilai Edukasi Historis

Kita tidak bisa menafikan jasa konsep ini dalam membangun dasar pemahaman gizi generasi lama. Nilainya tetap penting, apalagi jika dikemas ulang dengan pendekatan masa kini.

Bisa Diadaptasi untuk Anak-anak

Misalnya, visualisasi menarik tentang “Piring Gizi Superhero”, atau cerita dongeng edukatif tentang si Susu, si Sayur, si Buah, dan kawan-kawan. Anak-anak tetap bisa mengenal konsep dasar gizi dari pendekatan naratif ini.

Dikombinasikan dengan Teknologi

Bayangkan kalau 4 Sehat 5 Sempurna dikemas ulang dalam bentuk aplikasi interaktif atau augmented reality—menjadikan edukasi gizi lebih engaging.


Dari Susu ke Seimbang

Perjalanan edukasi gizi di Indonesia adalah cermin dari perkembangan ilmu pengetahuan, perubahan sosial, dan kebutuhan akan adaptasi.

Dari masa di mana susu adalah simbol kesempurnaan, hingga kini ketika “Isi Piringku” bicara tentang harmoni, proporsi, dan keberlanjutan, kita melihat evolusi yang penting—dan perlu terus didorong.

Gizi bukan sekadar apa yang kita makan, tapi bagaimana dan mengapa kita memilihnya.

Jadi, yuk—mulai belajar lagi, bertanya lagi, dan makan dengan lebih sadar. Karena kesehatan itu bukan soal sempurna, tapi soal seimbang.