Sejarah Asal Usul Cendol: Perdebatan Antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura

SHARE THIS POST

Cendol mungkin hanya terlihat seperti minuman dingin segar di cuaca panas, tetapi dibalik kesederhanaannya, tersimpan sejarah asal usul cendol yang kaya dan penuh kontroversi. Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Singapura, cendol telah menjadi bagian dari tradisi kuliner yang diwariskan turun-temurun. Popularitas cendol bukan hanya hadir di negara-negara tersebut, tetapi juga dikenal dunia internasional sebagai ikon kuliner Asia Tenggara.

Menariknya, asal usul cendol justru memicu perdebatan hangat di antara negara-negara tersebut. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah cendol, variasi bahan, dan bagaimana masing-masing negara menyatakan kepemilikan terhadap minuman manis nan menyegarkan ini.

Definisi dan Asal-Usul Cendol Menurut Beberapa Sumber

Definisi dan Asal-Usul Cendol Menurut Beberapa Sumber

Pengertian Cendol dan Komposisinya

Cendol adalah minuman tradisional yang umumnya terbuat dari tepung beras, pandan, gula merah (atau gula aren), dan santan. Komposisi inilah yang menciptakan karakteristik cendol yang unik, dengan tekstur lembut dari adonan pandan yang disiram santan dan sirup gula merah yang manis. Pada beberapa variasi di Asia Tenggara, ada penambahan kacang merah atau ketan hitam sebagai pelengkap, menambah cita rasa yang kaya dan tekstur yang beragam.

Baca Juga:  Menguak Rahasia 5 Kota Kuno Nusantara yang Ditinggalkan

Pandangan CNN Travel

Pada tahun 2018, CNN Travel memicu kontroversi dengan menyebut cendol sebagai makanan khas Singapura, yang sontak memancing reaksi dari warga Indonesia dan Malaysia. Banyak yang merasa bahwa klaim ini mengabaikan sejarah panjang cendol di kedua negara tersebut, terutama di Indonesia yang memiliki bukti sejarah terkait hidangan ini sejak masa Kerajaan Kediri.

Perbedaan Resep Cendol di Asia Tenggara

Setiap negara di Asia Tenggara memiliki variasi tersendiri dalam menyajikan cendol. Di Indonesia, misalnya, cendol sering kali disebut sebagai dawet di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara itu, di Malaysia, cendol khas Melaka menonjolkan gula Melaka sebagai bahan utama, yang memberikan rasa manis khas dan aroma yang kaya. Di Singapura, cendol sering disajikan dengan tambahan kacang merah, yang memberikan sentuhan berbeda pada hidangan ini.

Perjalanan Sejarah Asal Usul Cendol di Indonesia: Dari Kakawin Kresnayana hingga Dawet Jawa

Perjalanan Sejarah Cendol di Indonesia

Catatan Kakawin Kresnayana

Sejarah cendol di Indonesia bisa ditelusuri hingga Kakawin Kresnayana, sebuah teks sastra kuno dari abad ke-12 yang menyebutkan hidangan serupa dengan nama dawet. Teks ini memperlihatkan bagaimana cendol sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner Jawa sejak berabad-abad yang lalu, dan dipandang sebagai salah satu warisan kuliner Nusantara yang berharga.

Cendol atau Dawet?

Meski serupa, istilah “cendol” dan “dawet” digunakan berbeda di berbagai daerah di Indonesia. Di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, minuman ini lebih dikenal dengan nama dawet, sementara di Jakarta dan daerah lainnya lebih populer dengan sebutan cendol. Perbedaan ini menambah warna dalam tradisi kuliner Indonesia, menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya lokal dalam menyajikan hidangan ini.

Pandangan Chef William Wongso

Chef William Wongso, pakar kuliner Indonesia, menyatakan bahwa cendol/dawet merupakan bagian dari warisan kuliner Nusantara yang memiliki sejarah panjang dan penting. Menurutnya, hidangan ini bukan hanya sebuah minuman, tetapi juga simbol budaya yang mencerminkan keanekaragaman dan kekayaan tradisi Indonesia.

Baca Juga:  Egrang: Permainan Tradisional yang Mencoba bertahan di Era Digital

Asal-Usul Cendol di Malaysia: Peran Masyarakat Peranakan dan Gula Melaka

Asal-Usul Cendol di Malaysia

Cendol di Melaka

Di Malaysia, khususnya di Melaka, cendol dikenal dengan tambahan gula Melaka, sejenis gula merah yang berasal dari pohon kelapa. Cendol Melaka memiliki cita rasa yang khas dan sering kali disajikan dengan potongan gula Melaka yang menciptakan lapisan manis yang lebih pekat. Gula Melaka inilah yang membuat variasi cendol di Malaysia berbeda dengan versi di Indonesia atau Singapura.

Pengaruh India dan Falooda

Menurut beberapa ahli kuliner, falooda, minuman manis asal India yang dibuat dari tepung sagu dan disajikan dengan sirup manis, mungkin memiliki pengaruh terhadap perkembangan cendol di Malaysia. Kombinasi bahan seperti santan dan gula di dalam cendol dipercaya sebagai adaptasi dari falooda, terutama karena adanya migrasi masyarakat India ke Malaysia di masa lalu.

Dampak Budaya Peranakan

Cendol juga mendapat pengaruh dari budaya Peranakan di Malaysia. Masyarakat Peranakan, yang merupakan keturunan Tionghoa yang menetap di Semenanjung Malaya, mengembangkan cendol sebagai bagian dari tradisi kuliner mereka. Variasi cendol ini biasanya memiliki sentuhan lokal yang memadukan budaya Tionghoa dan Melayu, membuatnya unik di antara variasi cendol lainnya di Asia Tenggara.

Versi Cendol di Singapura dan Argumen Pemilik Kedai Cendol Geylang Serai

Versi Cendol di Singapura

Cendol Khas Singapura

Singapura memiliki versi cendol yang populer dengan tambahan kacang merah, jagung manis, atau bahkan jelly. Hal ini menciptakan cendol yang sedikit berbeda dengan versi Indonesia dan Malaysia. Meski Singapura tidak memiliki akar sejarah cendol yang setua Indonesia atau Malaysia, popularitas cendol sebagai hidangan penutup di negara ini cukup tinggi.

Pernyataan Pemilik Kedai Tertua di Singapura

Salah satu pemilik kedai cendol tertua di Singapura, di Geylang Serai, menyatakan bahwa cendol sebenarnya berasal dari Pulau Jawa, Indonesia. Menurutnya, klaim ini didasarkan pada sejarah migrasi orang Jawa ke Singapura dan pengenalan budaya kuliner mereka, termasuk cendol. Pernyataan ini menunjukkan bahwa, meskipun Singapura memiliki variasi cendol sendiri, asal-usulnya tetap dihormati sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.

Baca Juga:  The Great Bath Mohenjo-daro: Jendela Menuju Peradaban Kuno

Popularitas Cendol di Singapura

Di Singapura, cendol telah menjadi salah satu hidangan penutup favorit, terutama di kawasan-kawasan wisata. Popularitas ini mungkin juga didorong oleh rekomendasi CNN Travel, yang mencantumkan cendol sebagai makanan khas Singapura. Namun, banyak yang masih memperdebatkan apakah Singapura berhak menyebut cendol sebagai makanan khas mereka atau tidak.

Analisis Ahli dan Kesimpulan Sejarah Asal-Usul Cendol

Analisis Ahli dan Kesimpulan Sejarah Asal-Usul Cendol

Pandangan Ahli Sejarah Fadly Rahman

Fadly Rahman, seorang sejarawan kuliner Indonesia, berpendapat bahwa cendol pada dasarnya adalah minuman tradisional yang berasal dari Jawa. Menurutnya, bukti sejarah dan literatur kuno menunjukkan bahwa cendol, atau dawet, sudah ada di Jawa jauh sebelum tersebar ke wilayah lain di Asia Tenggara. Hal ini membuat klaim Indonesia atas cendol cukup kuat, meskipun ada pengaruh budaya dari negara-negara tetangga.

Kesimpulan dan Pendapat Akhir

Meskipun asal-usul cendol masih menjadi perdebatan di antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura, satu hal yang pasti adalah bahwa cendol mencerminkan keragaman budaya Asia Tenggara. Setiap negara memiliki ciri khas dalam menyajikan cendol, menciptakan variasi yang unik namun tetap mempertahankan esensi dari minuman tradisional ini. Perdebatan mengenai asal-usulnya mungkin tidak akan berakhir dalam waktu dekat, tetapi cendol tetap menjadi simbol persatuan sekaligus perbedaan budaya di Asia Tenggara.

Nilai Budaya dan Identitas Asia Tenggara dalam Cendol

Lebih dari sekadar minuman penutup, cendol adalah simbol warisan budaya yang menghubungkan berbagai negara di Asia Tenggara. Melalui cendol, kita bisa melihat bagaimana makanan bisa menjadi penghubung antarbangsa, sekaligus menegaskan identitas unik masing-masing negara. Cendol adalah bukti bahwa di tengah perbedaan, ada elemen budaya yang menyatukan kita.