Ramadhan selalu menjadi bulan penuh berkah dalam sejarah Islam, bukan hanya dari segi spiritual, tetapi juga dalam catatan sejarah peradaban Islam. Salah satu momen monumental yang terjadi di bulan Ramadhan adalah Penaklukan Andalusia pada tahun 92 Hijriyah (711 Masehi), yang dipimpin oleh seorang jenderal visioner, Thariq bin Ziyad. Keberhasilan ini bukan sekadar ekspansi wilayah, melainkan awal dari peradaban Islam di Spanyol yang akan menjadi pusat pengetahuan dunia selama berabad-abad.
Daftar isi
Bagaimana strategi Thariq bin Ziyad mampu menaklukkan Gibraltar dan membuka jalan bagi berkembangnya kejayaan Islam di Andalusia? Artikel ini akan mengupas perjalanan heroik Thariq bin Ziyad dalam penaklukan tersebut serta dampaknya bagi dunia.
Latar Belakang Penaklukan Andalusia
Kondisi Politik dan Sosial Iberia Sebelum Penaklukan
Sebelum Islam menginjakkan kaki di tanah Andalusia, wilayah ini dikuasai oleh Kerajaan Visigoth, sebuah kerajaan Kristen yang tengah dilanda konflik internal. Perpecahan di antara para bangsawan, kebijakan yang menindas rakyat, serta lemahnya pemerintahan menjadi faktor utama yang membuat wilayah ini rentan terhadap serangan dari luar.

Foto: lisbon.vip – History heritage
Selain itu, masyarakat setempat hidup dalam kondisi ketidakadilan sosial. Golongan non-Kristen, termasuk Yahudi dan penduduk asli, sering mengalami diskriminasi. Situasi ini menciptakan ketidakpuasan yang mendalam, yang kemudian menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pasukan Muslim dalam menaklukkan Andalusia.
Motivasi dan Misi Pasukan Muslim
Khalifah Umayyah di Damaskus, Al-Walid bin Abdul Malik, melihat peluang besar untuk memperluas dakwah Islam ke Eropa. Di sisi lain, Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair, menyadari lemahnya Kerajaan Visigoth dan mulai merencanakan ekspedisi ke Andalusia.
Sebagai seorang jenderal yang tangguh dan strategis, Thariq bin Ziyad dipercaya untuk memimpin pasukan Muslim dalam ekspansi ini. Dengan semangat jihad dan visi untuk membawa keadilan Islam ke wilayah baru, pasukan Muslim akhirnya bergerak menuju Gibraltar, yang kelak menjadi pintu gerbang menuju daratan Spanyol.
Proses Penaklukan
Strategi Militer Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad dikenal sebagai pemimpin yang tidak hanya gagah berani, tetapi juga memiliki kecerdasan strategi yang luar biasa. Salah satu langkah berani yang ia lakukan adalah membakar kapal-kapal setelah mendarat di Gibraltar, yang bertujuan untuk menanamkan tekad kepada pasukannya bahwa mereka harus bertempur hingga menang atau gugur sebagai syuhada.
Strategi militer lainnya yang digunakan meliputi:
- Pembagian pasukan dalam unit kecil yang bergerak secara cepat untuk mengejutkan musuh.
- Memanfaatkan perpecahan internal Kerajaan Visigoth untuk mendapatkan dukungan dari kelompok yang tertindas.
- Serangan mendadak di waktu yang tidak terduga untuk melemahkan pertahanan musuh.

Foto: Hector Perez – Pexels
Peristiwa Penting: Pendaratan di Gibraltar
Pada bulan Ramadhan 92 Hijriyah, pasukan Muslim yang berjumlah sekitar 7.000-12.000 orang mendarat di sebuah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Gibraltar (dari nama Jabal Thariq, yang berarti Gunung Thariq). Lokasi ini menjadi titik awal ekspedisi Islam ke daratan Eropa.
Kedatangan pasukan Muslim di Gibraltar menjadi awal dari serangkaian pertempuran yang menentukan. Dengan kepemimpinan Thariq bin Ziyad, mereka berhasil mengalahkan pasukan Visigoth yang jauh lebih besar dalam Pertempuran Guadalete. Raja Roderic, pemimpin Visigoth, tewas dalam pertempuran ini, membuka jalan bagi ekspansi lebih lanjut ke seluruh Andalusia.
Kemenangan Krusial dan Taktik Brilian
Salah satu keberhasilan terbesar dalam ekspansi ini adalah kemampuan pasukan Muslim untuk menaklukkan kota demi kota tanpa menghadapi perlawanan besar. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang adil terhadap penduduk lokal. Alih-alih memaksakan kekuasaan secara brutal, pasukan Muslim menawarkan perdamaian dan perlindungan kepada mereka yang bersedia tunduk di bawah pemerintahan Islam.
Dampak Penaklukan Andalusia
Transformasi Budaya, Intelektual, dan Sosial
Penaklukan Andalusia bukan hanya sekadar kemenangan militer, tetapi juga menjadi awal dari peradaban Islam yang cemerlang di Spanyol. Selama beberapa abad, Andalusia berkembang menjadi pusat kebudayaan dan pengetahuan yang menjembatani dunia Islam dan Eropa.
Beberapa dampak penting dari penaklukan ini meliputi:
- Penyebaran ilmu pengetahuan di bidang sains, matematika, astronomi, dan kedokteran.
- Arsitektur Islam berkembang pesat, dengan peninggalan seperti Masjid Cordoba yang masih menjadi simbol kejayaan Islam di Spanyol.
- Perpaduan budaya Islam dan Eropa, yang menghasilkan tradisi keilmuan yang mempengaruhi Renaisans di Eropa.
Peradaban Islam: Sinar Pengetahuan dari Spanyol

Foto: Alina Rossoshanska – Pexels
Andalusia menjadi pusat pendidikan dan penelitian yang menginspirasi peradaban Eropa. Universitas-universitas seperti Universitas Cordoba dan Granada menjadi tempat belajar bagi banyak cendekiawan Muslim, Yahudi, dan Kristen.
Tidak dapat disangkal, peradaban Islam di Spanyol memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Banyak teks Arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi dasar bagi perkembangan sains di Barat.
Penaklukan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad pada Ramadhan 92 Hijriyah merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam. Keberhasilannya bukan hanya karena kekuatan militer, tetapi juga karena visi, strategi, dan kebijakan yang diterapkan dalam pemerintahan setelah penaklukan.
Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kepemimpinan yang visioner, strategi yang matang, serta semangat keadilan dan ilmu pengetahuan dapat membawa sebuah peradaban menuju kejayaan. Peradaban Islam di Andalusia menjadi bukti bahwa Islam pernah menjadi mercusuar ilmu yang menerangi dunia.