Batu Berukir 10 Perintah Allah: Penemuan Bersejarah yang Mengungkapkan Jejak Moralitas Kuno

SHARE THIS POST

Batu berukir Sepuluh Perintah Allah, yang dikenal sebagai salah satu simbol spiritual dan sejarah penting, kembali menjadi sorotan dunia. Artefak ini, yang ditemukan pada tahun 1913 selama penggalian jalur kereta api di Israel, memiliki perjalanan panjang hingga akhirnya akan dilelang di Sotheby’s New York pada 18 Desember 2024. Penemuan ini tidak hanya menarik bagi dunia arkeologi, tetapi juga menawarkan wawasan mendalam tentang warisan agama dan moralitas yang telah membentuk peradaban Barat. Lelang ini diharapkan menjadi momen penting untuk mengingatkan dunia akan nilai artefak berusia ribuan tahun ini.


Asal Usul Artefak Batu Berukir

Pada awal abad ke-20, tim pekerja yang menggali jalur kereta api di wilayah Israel secara tidak sengaja menemukan lempeng batu besar. Awalnya, batu tersebut dianggap hanya sebagai material konstruksi biasa dan digunakan sebagai paving. Artefak ini bahkan sempat menjadi batu pijakan di depan sebuah rumah selama beberapa dekade, tanpa disadari nilai sejarahnya.

Pada tahun 1943, seorang cendekiawan akhirnya mengenali artefak ini sebagai Decalogue Samaria. Keunikan artefak ini terletak pada salah satu perintah yang mencantumkan kewajiban beribadah di Gunung Gerizim, tempat suci bagi komunitas Samaria. Melalui penelitian mendalam, arkeolog mengidentifikasi teks yang terukir menggunakan aksara Paleo-Ibrani, menunjukkan bahwa lempeng batu ini memiliki keterkaitan erat dengan sejarah budaya dan agama Yahudi.

Temuan ini sempat diragukan, tetapi setelah diteliti lebih jauh oleh ahli epigrafi, artefak ini dikonfirmasi sebagai peninggalan asli dari era Bizantium. Lempeng batu ini dianggap sebagai salah satu teks penting yang mengabadikan Sepuluh Perintah Allah—pondasi moral yang berpengaruh besar dalam ajaran agama.

Setelah berpindah tangan di antara berbagai kolektor pribadi, artefak ini kini mendapatkan pengakuan luas. Dengan rencana lelang di Sotheby’s, batu ini tidak hanya dinilai berdasarkan usianya tetapi juga dihargai karena nilai sejarah dan budayanya yang signifikan.

Detail Fisik Batu Berukir

Batu berukir ini berbentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 60 cm dan lebar 40 cm, terbuat dari batu kapur berkualitas tinggi. Ukiran pada permukaannya berisi versi Loh Assyahadat, namun terdapat satu perintah yang hilang, yaitu larangan untuk “jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.” Sebagai gantinya, perintah tambahan terkait beribadah di Gunung Gerizim dimasukkan, mencerminkan interpretasi lokal pada masa itu.

Penggunaan aksara Paleo-Ibrani pada batu ini menjadi salah satu daya tarik utamanya. Aksara ini jarang ditemukan pada artefak berusia lebih dari 1.500 tahun, terutama karena mulai ditinggalkan sejak masa Kekaisaran Romawi Timur. Keberadaan aksara ini membuktikan kesinambungan tradisi Yahudi di wilayah tersebut meskipun tekanan politik dan agama dari pihak luar.


Signifikansi dan Nilai

Sebagai artefak berusia lebih dari 1.500 tahun, batu berukir ini menjadi saksi bisu penting dari evolusi agama dan nilai moral yang membentuk dunia Barat. Ukiran yang tertera pada batu ini mencerminkan warisan agama yang tetap relevan hingga saat ini, menjadikannya lebih dari sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga simbol kesinambungan budaya.

Batu ini, sebagai salah satu teks penting dalam sejarah peradaban, memberikan wawasan mendalam tentang pengaruh Sepuluh Perintah Allah terhadap pembentukan hukum, etika, dan praktik keagamaan di sepanjang sejarah. Penemuan ini juga memperlihatkan bagaimana teks-teks suci, seperti yang tercatat pada batu ini, telah disesuaikan dengan budaya lokal melalui penambahan perintah baru yang mencerminkan pengaruh budaya setempat.

photo 2024 11 17 20 46 08
Batu berukir 10 Perintah Allah yang akan dilelang 18 Desember 2024 (sothebys)

Dengan peranannya dalam membentuk prinsip moral dalam peradaban Barat, batu berukir ini bukan hanya sekadar artefak, tetapi juga simbol warisan agama yang terus mempengaruhi berbagai aspek kehidupan hingga sekarang. Sejarawan dan arkeolog, termasuk yang tercatat dalam publikasi National Geographic dan laporan penelitian dari Israel Antiquities Authority, menyebutnya sebagai “jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini”, mengingat pengaruhnya yang mendalam terhadap hukum dan nilai moral dalam sejarah umat manusia.

Proses Lelang di Sotheby’s New York

Sotheby’s New York, yang terkenal dengan reputasinya dalam pelelangan artefak bersejarah bernilai tinggi, memperkirakan bahwa batu berukir ini dapat terjual hingga jutaan dolar. Hal ini menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari kolektor seni, museum, hingga institusi keagamaan di seluruh dunia. Proses lelang ini menjadi babak baru dalam perjalanan panjang artefak ini, yang sempat tersembunyi selama berabad-abad sebelum akhirnya diakui sebagai bagian penting dari sejarah keagamaan dan budaya.

Sebagai salah satu peninggalan kuno yang bertahan melewati berbagai periode sejarah, termasuk invasi Romawi dan Perang Salib, tablet ini akan dipamerkan secara publik mulai 5 Desember 2024 di galeri Sotheby’s New York. Kesempatan ini memberikan akses bagi masyarakat untuk melihat langsung artefak yang memiliki nilai historis dan simbolik luar biasa.

Namun, seperti banyak artefak bersejarah lainnya, rencana penjualan ini memicu kontroversi. Sebagian pihak berpendapat bahwa peninggalan dari era Bizantium ini seharusnya ditempatkan di museum, bukan dimiliki oleh individu. Kontroversi ini menimbulkan perdebatan tentang etika perdagangan artefak bersejarah dan bagaimana seharusnya dunia melestarikan warisan budaya yang memiliki makna universal.

Batu Berukir 10 Perintah Allah Penemuan Bersejarah yang Mengungkapkan Jejak Moralitas Kuno 1
Batu Berukir Sepuluh Perintah Allah (Sothebys)

Refleksi terhadap Warisan Sejarah

Penemuan dan perjalanan panjang batu berukir ini menggarisbawahi pentingnya menjaga dan melestarikan warisan sejarah. Batu ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol keagamaan, tetapi juga menjadi saksi bisu peradaban yang telah lama berlalu. Artefak ini menyimpan nilai sejarah dan budaya yang signifikan, sekaligus menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini.

Dengan latar belakang historis yang mendalam, lempeng ini mengingatkan kita tentang bagaimana hukum moral dan agama mampu membentuk peradaban dari generasi ke generasi. Artefak ini menjadi bukti nyata betapa nilai-nilai spiritual dapat memberi pengaruh besar pada struktur sosial masyarakat di berbagai zaman.

Melalui lelang ini, harapannya pemilik baru dapat menghargai batu ini tidak hanya sebagai barang koleksi, tetapi juga sebagai sumber edukasi dan inspirasi spiritual. Batu ini memiliki potensi untuk terus mengedukasi dunia tentang peran pentingnya dalam peradaban Barat. Semoga momen ini juga memotivasi masyarakat global untuk lebih menghargai artefak bersejarah lainnya, sebagai bagian dari warisan agama dan moralitas yang patut dijaga dan dilestarikan bersama.

Sumber referensi :

Sothenbys.com

Israel Antiquities Authority

National Geographic