Tragedi Finansial: Mengapa Utang Pernikahan Menjadi Momok bagi Pasangan di Indonesia?

SHARE THIS POST

Pernikahan adalah momen sakral yang dirayakan dengan penuh kegembiraan di Indonesia. Namun, di balik kemeriahannya, ada fakta pahit yang sering kali tersembunyi: banyak pasangan yang terjebak dalam utang besar setelah acara pernikahan.
Besarnya biaya pernikahan memunculkan tragedi finansial berwujud utang pernikahan. Fenomena ini menggambarkan tekanan budaya dan sosial yang mendorong pasangan untuk menggelar pesta pernikahan mewah demi memenuhi ekspektasi masyarakat. Artikel ini akan membahas penyebab, dampak, dan solusi terkait budaya utang akibat pernikahan di Indonesia.


Tradisi dan Kebudayaan Pernikahan di Indonesia

Pentingnya Upacara Pernikahan

Di banyak budaya Indonesia, pernikahan lebih dari sekadar penyatuan dua individu. Pernikahan mencerminkan kehormatan keluarga dan menjadi simbol status sosial. Sebuah buku berjudul “Hukum Perkawinan di Indonesia: Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil” oleh Dr. Moh. Ali Wafa menjelaskan bagaimana hukum Islam dan adat menekankan pentingnya tradisi dalam pernikahan.
Akibatnya, pesta pernikahan besar dan mewah sering kali dianggap wajib, meski biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Alih-alih untuk mengatasi hal tersebut, utang pernikahan dianggap menjadi sebuah solusi.

pexels iskandar zovanda 339212818 16971728
Kredit: Photo by iskandar zovanda (Pexels)
Tekanan Sosial

Keluarga dan masyarakat turut berkontribusi pada keputusan pasangan untuk menyelenggarakan acara besar. Pernikahan bukan hanya soal cinta, tetapi juga memenuhi ekspektasi kolektif. Di beberapa daerah, keluarga bahkan menekan pasangan untuk membuat acara yang “lebih baik” dibanding tetangga mereka. Tekanan ini sering kali membuat pasangan muda meminjam uang agar tidak mengecewakan keluarga.


Biaya Pernikahan yang Tinggi

Komponen Biaya Pernikahan

Pernikahan membutuhkan anggaran besar. Biaya yang umum termasuk:

  • Lokasi: Gedung mewah dapat menghabiskan puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.
  • Dekorasi: Tema-tema modern sering kali mahal, terutama yang menggunakan bunga segar.
  • Katering: Harga makanan per tamu terus meningkat, terutama di perkotaan besar.
  • Dokumentasi: Fotografi dan videografi profesional menjadi kebutuhan untuk “konten” media sosial.

pexels soner gorkem 9756539 6119578
Pesta pernikahan. Foto : Soner Görkem – Pexels

Dampak Utang Pernikahan

Dampak Ekonomi

Utang akibat pernikahan memiliki konsekuensi jangka panjang. Menurut “Pertanggungjawaban Suami Istri Terhadap Hutang Bersama Akibat Perceraian” oleh Bella Nur Azizah, pasangan yang memiliki utang bersama sering kali mengalami kesulitan melunasinya setelah perceraian. Hal ini menunjukkan risiko finansial serius yang dapat merusak stabilitas rumah tangga baru.

Dampak Psikologis

Stres akibat utang menjadi penyebab konflik dalam pernikahan. Beban mental karena pembayaran utang pernikahan dapat mengikis keharmonisan pasangan. Beberapa pasangan bahkan merasa “pernikahan yang dimulai dengan utang tidak akan pernah bahagia.”


Masyarakat Perkotaan vs. Pedesaan

Gaya Hidup dan Ekspektasi di Perkotaan

Di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, gaya hidup dan pengaruh media sosial meningkatkan standar pernikahan. Banyak pasangan merasa perlu menyewa vendor kelas atas demi menciptakan pesta yang terlihat sempurna di Instagram. Sementara ruang yang terbatas untuk penyelenggaraan pesta di kota – kota besar membuat calon pasangan pengantin harus mempertimbangkan untuk menyewa venue untuk menggelar acara pernikahan.

Tradisi dan Kebudayaan di Pedesaan

Sementara itu, di pedesaan, tradisi adat sering kali menjadi faktor utama. Meski pesta biasanya lebih sederhana dibanding di kota, komunitas adat juga menuntut upacara yang melibatkan banyak pihak. Pendanaan acara biasanya berasal dari sumbangan keluarga besar, tetapi jika kurang, konsep utang pernikahan menjadi solusi terakhir dengan harapan sumbangan dari para tamu undangan dapat menutup hutang pernikahan tersebut.


Solusi dan Edukasi

Perencanaan Keuangan yang Bijak

Penting bagi pasangan untuk merencanakan anggaran pernikahan yang realistis sehingga potensi utang pernikahan dapat diminimalisir. Menggunakan panduan seperti yang dijelaskan dalam buku Dr. Moh. Ali Wafa dapat membantu pasangan memahami batasan keuangan mereka.

Komunikasi yang Terbuka

Komunikasi antara pasangan dan keluarga juga sangat penting. Dengan keterbukaan tentang anggaran, tekanan untuk menyelenggarakan pesta besar dapat diminimalkan tanpa harus terbebani utang pernikahan. Beberapa ahli keuangan bahkan menyarankan pasangan untuk menabung setidaknya dua tahun sebelum menikah.

pexels danikprihodko 15964954 1
Pasangan yang baru saja menikah.
Foto: Danik Prihodko – Pexels

Pengaruh Media Sosial

Ekspektasi dari Media Sosial

Instagram, TikTok, dan Pinterest telah menciptakan ekspektasi tidak realistis tentang bagaimana sebuah pernikahan “ideal” seharusnya terlihat. Hal ini mendorong pasangan untuk mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan foto-foto sempurna.

Tekanan Sosial Digital

Tren seperti hashtag pernikahan (#WeddingGoals) meningkatkan tekanan untuk menampilkan pernikahan yang “instagrammable”. Akibatnya, keputusan finansial sering kali diambil berdasarkan opini online, bukan kebutuhan nyata.


Pendekatan Budaya Alternatif

Pernikahan Sederhana

Tren pernikahan sederhana kini mulai muncul di kalangan generasi muda. Pasangan memilih acara kecil dan intim, hanya mengundang keluarga dan sahabat dekat. Ini tidak hanya menghemat biaya tetapi juga menciptakan pengalaman yang lebih bermakna.

Perubahan Norma Sosial

Norma masyarakat harus mulai berubah. Menghargai pasangan berdasarkan kebahagiaan mereka, bukan ukuran pesta, adalah langkah awal untuk mengurangi tekanan sosial terkait pernikahan.


Tujuan Pernikahan Hindarkan Tragedi Finansial

Pernikahan harus menjadi momen kebahagiaan, bukan awal dari beban finansial yang berat. Dengan perencanaan yang bijak dan komunikasi terbuka, pasangan dapat menghindari utang akibat pernikahan. Penting juga bagi masyarakat untuk mengubah cara pandang mereka terhadap pernikahan agar lebih mendukung pasangan muda dalam membangun kehidupan yang stabil.

Menggelar pesta sederhana tidak mengurangi makna pernikahan. Sebaliknya, itu menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak bisa diukur dari kemewahan acara, tetapi dari cinta dan komitmen yang tulus antara dua insan.